Artis Harus Menjadi Kepala Daerah

3 September 2008
Diaz Hendropriyono
Washington, DC

Munculnya artis ke dunia politik telah melahirkan wacana yang beragam. Ada pihak yang menolak, ada yang mempersilakan. Di tingkat eksekutif, beberapa artis telah berhasil terpilih secara demokratis untuk menduduki kursi wakil kepala daerah. Rano Karno terpilih menjadi Wakil Wali Kota Tangerang dan Dede Yusuf menjadi Wakil Gubernur Jabar. Saat ini, Helmi Yahya sedang mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Sumsel. Begitu juga dengan Wanda Hamidah yang kabarnya akan ikut pilkada Tangerang sebagai wakil wali kota. Kabar terakhir menunjukkan kemungkinan Della Citra juga dicalonkan sebagai Wakil Bupati Serang dan Ikke Nurjanah sebagai Wakil Bupati Majalengka.

Artis ikut pilkada sebenarnya juga terjadi di banyak negara lain. Aktor Joseph Estrada pernah dipercaya sebagai Wali Kota San Juan dan Presiden Filipina. Pelawak dan TV host Joey Marquez adalah mantan Wali Kota Paranaque City, Filipina. Di India, jabatan chief minister (kepala daerah) Provinsi Andhra Pradesh dan Tamil Nadu pernah dijabat oleh aktor ternama NT Rama Rao dan MG Ramachandran. Pemain film Fatma Girik adalah mantan Wali Kota Sisli, Turki. Penari kabaret Isabel Peron dipercaya menggantikan suaminya menjadi Presiden Argentina. Di Polandia, artis cilik kembar bersaudara Lech KaczyƱski dan Jaros³aw KaczyƱski sempat menjabat Presiden dan Perdana Menteri pada saat yang sama. Dan Gubernur Altai Krai di Russia pernah dijabat oleh seorang aktor komedian Mikhail Yevdokimov.

Di Amerika Serikat, aktor produser Sonny Bono yang juga mantan suami penyanyi Cher sempat dipercaya sebagai Wali Kota Palm Spring, California. Aktor laga Clint Eastwood menjabat Wali Kota Carmel, California; penyanyi Jimmie Davis terpilih menjadi Gubernur Louisiana pada dua saat yang berbeda; dan pegulat WWF Jesse Ventura menduduki kursi Wali Kota Brooklyn Park dan Gubernur Minnesota. Yang lebih terkenal, aktor Ronald Reagan terpilih sebagai Gubernur California sebelum dipercaya sebagai Presiden AS. Lalu aktor binaraga Arnold Schwarzenegger sekarang sedang menjabat Gubernur California.

Popularitas para artis sebenarnya tidak selalu menjamin kemenangan dalam pemilihan umum. Sebagai contoh, aktor Fernando Poe Jr sempat mengincar kursi Presiden Filipina sebelum dikalahkan oleh incumbent Gloria Macapagal-Arroyo. Baru-baru ini, aktor serial TV Fred Thompson mencalonkan diri sebagai Presiden AS, namun akhirnya gagal dalam primary (putaran pertama). Setelah berkarier di parlemen, artis film dewasa Ilona Staller gagal terpilih sebagai Wali Kota Milan di Italia. Begitu juga dengan pemeran film Beverly Hills Cop Gill Hill yang tidak sukses dalam memperebutkan kursi Wali Kota Detroit, Michigan. Di Indonesia, Marissa Haque kalah di pilkada Banten, sehingga gagal menjadi wakil gubernur. Didin Bagito memilih mundur dari pencalonannya sebagai Wakil Wali Kota Serang sebelum pilkada berlangsung karena tidak dapat memenuhi jumlah minimum pendukung.

Walaupun fenomena yang ada di Indonesia juga terjadi di negara lain, namun ada satu perbedaan menarik. Mayoritas artis Indonesia terkesan masih enggan menjadi seorang kepala daerah, dan memilih maju ”hanya” sebagai wakil. Dari sekian banyak artis yang maju dalam pilkada, hanya sebagian kecil yang maju untuk menjadi kepala daerah. Sebagai contoh, Gusti Randa sempat mengincar posisi kepala daerah di Padang, walau akhirnya mengundurkan diri dari pencalonannya karena kekurangan pendukung. Primus Yustisio baru saja mendaftar menjadi calon Bupati Subang.

Sedikitnya, jumlah artis yang mencalonkan diri untuk menjadi kepala daerah tentunya bisa menimbulkan kesan negatif di mata masyarakat. Publik bisa menilai bahwa para artis sebenarnya kurang percaya diri dalam mengatur suatu pemerintah daerah sehingga harus dipasangkan oleh seseorang yang memang mempunyai pengalaman dalam bidang administrasi publik. Pada akhirnya, hal ini dikhawatirkan akan berimplikasi negatif terhadap reputasi para artis itu sendiri.

Perlu diketahui bahwa para artis yang menjadi kepala pemerintah di negara lain banyak yang terbilang sukses. Misalnya, walau terlibat masalah korupsi dan perjudian, Presiden Filipina Estrada termasuk seorang politikus yang berani. Paling tidak ada 46 kamp pelatihan gerilyawan separatis mulsim MILF, termasuk kamp Abu Sayyaf, yang dilumpuhkan pada masa pemerintahannya.

Di Amerika, Gubernur Schwarzenegger baru saja mengesahkan UU untuk mengurangi emisi greenhouse gas di daerahnya ke tingkat tahun 1990, pada tahun 2020. Ia juga mengharuskan semua sekolah negeri di California untuk lebih memperbanyak buah dan sayur-sayuran dalam menu makanannya, sesuai dengan standar nutrisi yang telah ditetapkan. Dan California akan menjadi negara bagian pertama di AS yang melarang restoran untuk menggunakan trans fat (lemak/minyak jenuh) dalam masakannya.

Pada saat dilantik, Presiden Reagan dengan lantang menyatakan, ”Pemerintah bukanlah solusi dari masalah kita; pemerintah itu sendiri adalah masalahnya.” Terobosannya meliputi penurunan pajak, kenaikan pengeluaran militer, kenaikan produk domestik bruto sebesar 3.4% per tahun, dan penambahan 16 juta lapangan pekerjaan, walau akhirnya menimbulkan defisit negara. Ia berpidato di Tembok Berlin, menantang Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev untuk meruntuhkan tembok tersebut. Reagan dinilai berperan penting dalam memenangkan Perang Dingin.

Melarang partisipasi artis di dunia politik Indonesia adalah bertentangan dengan pilar demokrasi. Kehadiran mereka juga tidak melanggar UU yang ada. Oleh karena itu, artis yang ikut pilkada harus bisa membuktikan kalau mereka mempunyai kemampuan untuk memimpin seperti halnya para artis yang terjun ke politik di negara lain. Publiklah yang harus mengawasi kinerja mereka. Sayangnya, mengevaluasi performa para artis dan kontribusi yang mereka berikan untuk daerah adalah suatu hal yang sangat sulit kalau mereka ”hanya” dijadikan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, akan lebih baik jika para artis mulai lebih berani dan lebih diberi kesempatan oleh parpol dan masyarakat, untuk maju ke panggung politik sebagai kepala pemerintah daerah, bukan wakil. Hanya dengan demikian publik dapat menilai apakah para artis benar-benar mampu dalam memimpin daerah.

Penulis adalah Kandidat PhD bidang Administrasi Negara dan Kebijakan Publik di Virginia Tech University, AS.

Diambil dari Situs: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0809/03/sh03.html