Bahasa Indonesia is Immature

February 5, 2009

Diaz Hendropriyono
Washington, DC

I am not a big soccer fan. However, when I read the newspapers every morning, inadvertently, I always read the sports section, especially during the World Cup and the Euro Cup. While not interested specifically in the soccer news, I notice from those articles that there is no conistent way of writing and spelling the name of a foreign country.

Take, for example, Česká Republika or Czech Republic as written in English. Following the dissolution of Československo (or Czechokoslovakia in English) in 1993, Česká Republika peacefully split from Slovenská Republika. Since its founding, the Czech government thought to assign a short form of the country’s name, mainly for marketing purpose. Like the latter, which is shortened to Slovensko (or Slovak Republik shortened to Slovakia, as written in English), the short form of Česká Republika is given as Česko.

In the English language, the Czech Ministry of Foreign Affairs promoted the one-word name Czechia to be used in all cases, while urging the use of the longer and more “political” the Czech Republic in official documents. (Yet, some still mistakenly refer to the country simply as the adjective word Czech without the word Republic after it).

In Bahasa Indonesia, the writing of this country’s name has been a source of confusion and debate. Generally speaking, the two countries that split from Cekoslowakia are referred to as Republik Ceko and Republik Slowakia. Like in the Czech and English language, in Bahasa Indonesia, these two countries are given a short name, Ceko and Slowakia.

What is saddening is that there is no consistency in referring to the spelling and writing of the Czech Republic in Bahasa Indonesia. An English-Indonesian dictionary, written by John Echols and Hassan Shadily, as well as several online dictionaries—such as dicts.info, sederet.com, and xamus.com—translate it as Ceko. Likewise, the Indonesian Foreign Ministry uses Republik Ceko and its short form Ceko.

Yet, some insist to call it Republik Ceska, which is then shortened to Ceska. For example, various Indonesian newspapers, such as Bola, Sinar Harapan, and Kompas, to name a few, like to identify it as such. Note that, the word Česká Republika in the Czech language is in the feminine form that cannot stand alone by itself. So, calling it Ceska (as opposed to Česko) without the word Republik that follows it is incorrect. Furthermore, as others may have argued, the writing of Republik Ceska in Bahasa Indonesia is confusing because it consists of half Bahasa Indonesia and half Czech. The word “Republik” is Indonesian and “Ceska” is Czech (or čeština).

To make matters worse, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fourth Edition) refers to it as Republik Cheska or Republik Cek.

It is true that several foreign countries are still debating what to call Česká Republika in their own language. However, what they are arguing is whether to use the long or short form of that country’s name. For example, like the English speakers, who are still more comfortable to use the longer name Czech Republic rather than Czechia, the Italians feel better with the name La Repubblica Ceca, and not Cechia. Furthermore, the Czech themselves initially refused the usage of Česko and preferred the longer version. On the other hand, the Russians and Germans are happy with the short form Чехия and Tschechien, respectively. And the Spanish are comfortable enough to use both forms Chequia and República Checa.

In Bahasa Indonesia, the focus of the debate is a little different. We do not argue whether to use the long or short form of the country’s name. Rather, we seem not to know what to call Česká Republika in Bahasa Indonesia—whether it is Republik Ceko, Republik Ceska, Republik Cheska, or Republik Cek.

I would not blame anybody to use any of that name since they can argue that they get it from a supposedly reliable source. However, the problem is that there are several formal sources and institutions calling the same subject differently. The many ways of spelling and writing of a foreign country’s name, notably Česká Republika, among a few others, in Bahasa Indonesia is a proof that Bahasa Indonesia itself is still not developed. Our language still has a double, or multiple, standard in labeling a foreign country. Without any agreement in assigning a definite name for a foreign country, Bahasa Indonesia will probably stay immature.

Author is a PhD Candidate at the Center for Public Administration and Policy at Virginia Tech University

This article is taken from: http://www.thejakartapost.com/news/2009/02/05/bahasa-indonesia-immature.html

Bahasa Indonesia Masih "Immature"

February 3, 2009
Diaz Hendropriyono
Washington, DC

Saya memang bukan pecinta olahraga sepak bola. Tetapi mau tidak mau, setiap pagi saya membaca koran, selalu terbaca bagian olahraga tersebut, khususnya saat Piala Dunia dan Piala Eropa berlangsung. Walau tidak tertarik pada berita pertandingan sepak bola, ada satu hal yang selalu membuat saya terus berfikir: mengapa selalu terdapat perbedaan dalam penulisan negara-negara asing?

Sebut saja, negara Česká Republika yang di artikan Czech Republic dalam bahasa Inggris. Negara tersebut ialah negara baru yang terpecah dari Československo atau Czechokoslovakia pada awal 1993. Sejak berdiri, pemerintah negara tersebut berfikir bahwa nama negara mereka terkesan cukup panjang untuk diucapkan, sehingga memutuskan untuk memberikan nama pendek. Seperti halnya Slovenská Republika, yang dipendekkan menjadi Slovensko (atau Slovak Republic menjadi Slovakia dalam bahasa Inggris), Česká Republika disingkat menjadi Česko.

Dalam penulisan bahasa Inggris, pada tahun 1993, kementrian luar negeri negara tersebut menghimbau semua kedutaan besarnya untuk terus menggunakan nama Czech Republic dalam dokumen resmi, dan membolehkan penggunaan nama pendek Czechia untuk kegunaan lainnya. Walau demikian, banyak kalangan sering menyebutnya Czech, tanpa Republic di belakangnya.

Dalam bahasa Indonesia, penulisan negara ini berkesan sangat membingungkan. Dua negara pecahan Cekoslowakia (dalam bahasa Indonesia) disebut Republik Ceko dan Republik Slowakia. Seperti halnya dalam kedua bahasa asing di atas, dalam bahasa Indonesia, kedua negara ini di pendekkan menjadi Ceko dan Slowakia.

Yang memprihatinkan, beberapa sumber resmi di Indonesia menggunakan nama Česká Republika dalam bahasa Indonesia dengan sebutan yang berbeda. Beberapa kamus Inggris-Indonesia, contohnya, karangan John Echols dan Hassan Shadily dan berbagai macam kamus Inggris-Indonesia online—seperti dicts.info, sederet.com, dan xamus.com—menterjemahkannya sebagai Ceko. Begitu juga dengan Ensiklopedi Umum terbitan Yayasan Kanisius tahun 1977, yang menyebutnya Ceko. Selanjutnya, Deplu RI menggunakan nama Republik Ceko atau Ceko.

Sementara, beberapa pihak lain menyebutnya Republik Ceska (dalam bahasa Indonesia), dan sering di pendekkan menjadi Ceska. Sebagai contoh, beberapa surat kabar Indonesia seperti Bola, Sinar Harapan, dan Kompas, di antara lain, sering menyebutnya demikian.

Untuk diketahui, sebutan Česká Republika dalam bahasa asalnya mengandung arti feminin yang tidak bisa berdiri sendiri. Jadi, dengan menyebutnya hanya dengan Ceska tanpa kata “Republik” (bukan Česko, jika berdiri sendiri), merupakan penulisan yang salah. Terlebih, penulisan Republik Ceska itu sendiri juga membingungkan, karena kata “Republik” merupakan bahasa Indonesia, dan “Ceska” merupakan bahasa Ceko (čeština).

Lebih disayangkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke 4) menyebut negara tersebut Republik Cheska atau Republik Cek.

Harus diakui bahwa memang beberapa negara asing masih memperdebatkan penyebutan nama negara Česká Republika dalam bahasa mereka sendiri. Tetapi yang mereka perdebatkan adalah mengenai penggunaan nama panjang atau nama pendek negara tersebut. Contohnya, pengguna bahasa Inggris masih lebih nyaman dengan nama panjang Czech Republic daripada Czechia. Bahkan, bangsa Ceko sendiri pada awalnya sempat menolak istilah pendek Česká Republika, yaitu Česko. Sementara orang Itali cenderung menggunakan nama panjang La Repubblica Ceca (bukan Cechia), orang Rusia dan Jerman lebih terbiasa dengan sebutan pendeknya, seperti Чехия dan Tschechien. Malahan, warga Spanyol sudah terbiasa dengan sebutan pendek dan panjangnya, Chequia dan República Checa.

Dalam bahasa Indonesia, fokus perdebatannya sedikit berbeda. Kita tidak berdebat tentang penggunaan nama panjang atau pendek negara tersebut, seperti yang di perdebatkan dalam bahasa asing. Tetapi, sepertinya kita tidak tahu harus menyebut apa negara Česká Republika dalam Bahasa Indonesia—apakah Republik Ceko, Republik Ceska, Republik Cheska, atau Republik Cek.

Saya tidak menyalahkan siapapun untuk menggunakan salah satu dari nama tersebut diatas, karena siapa saja dapat berargumen bahwa mereka dapat nama tersebut dari salah satu sumber resmi di Indonesia.

Yang menjadi masalah yaitu karena adanya beberapa insitusi dan sumber resmi yang memberikan beberapa nama yang berdeda untuk satu subyek yang sama sehingga membuat beberapa pihak menuliskannya dengan cara yang berbeda.

Dengan adanya beberapa cara untuk menyebut nama-nama negara asing, khususnya Česká Republika, diantara banyak lainnya, dalam Bahasa Indonesia, adalah suatu bukti bahwa Bahasa Indonesia itu sendiri masih dalam masa perkembangan. Bahasa kita masih mempunyai standar ganda, ataupun multiple, dalam menyebut sebuah negara asing. Tanpa adanya suatu persetujuan dan penentuan bersama untuk menyebut suatu negara, agaknya Bahasa Indonesia masih terus dianggap immature.